✔ Hasil Budaya Zaman Watu Renta (Paleolitikum Atau Paleolitik)
Zaman watu bau tanah ini bertepatan dengan zaman neozoikum terutama pada kiamat tersier pada awal zaman quarter. Zaman watu bau tanah berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Zaman watu bau tanah ini merupakan zaman yang sangat penting alasannya ialah terkait dengan munculnya kehidupan baru, yaitu munculnya jenis insan purba.
Perkembangan kebudayaan zaman watu bau tanah berlangsung sangatpelan, hal ini terjadi alasannya ialah keadaan alam yang masih liar dan labil. Pada masa ini, zaman glasial dan zaman interglasial tiba silih berganti.
Zaman glasial ialah zaman meluasnya lapisan es di kutub utara sehingga benua Eropa dan Amerika cuilan utara tertutupi oleh es, sedangkan tempat yang jauh dari kutub terjadi hujan lebat bertahun-tahun. Permukaan air bahari menjadi turun dengan disertai naiknya daratan di banyak sekali tempat alasannya ialah adanya pergeseran bumi dan kegiatan gunung-gunung berapi memperluas lautan, maka muncullah Sunda Plat dan Sahul Plat di Indonesia.
Zaman Interglasial adalah zaman mencairnya lapisan es dikutub utara. Pada zaman ini ditandai dengan naiknya temperatur sehingga lapisan es di kutub utara mencair, hal ini menimbulkan permukaan air bahari naik dan terjadi banjir besar-besaran di banyak sekali tempat yang menimbulkan banyak daratan terpisah-pisah oleh lautan dan selat.
Alat-alat dari watu yang dipakai pada zaman watu bau tanah masih sangat bergairah alasannya ialah teknik pembuatannya masih sangat sederhana. Alat-alat dari watu tersebut dibentuk dengan membenturkan antara watu yang satu dengan watu yang lainnya.
Berdasarkan inovasi alat-alat paleolitikum sanggup disimpulkan bahwa insan pendukung zaman watu bau tanah hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka hidup berpindah-pindah atau nomaden. Alat-alat pada zaman paleolitikum pertama kali ditemukan pada tahun 1935 di Jawa oleh Von Koenigswald dan M.W.F. Tweedie.
Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan zaman watu bau tanah di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
Perkembangan kebudayaan zaman watu bau tanah berlangsung sangatpelan, hal ini terjadi alasannya ialah keadaan alam yang masih liar dan labil. Pada masa ini, zaman glasial dan zaman interglasial tiba silih berganti.
Zaman glasial ialah zaman meluasnya lapisan es di kutub utara sehingga benua Eropa dan Amerika cuilan utara tertutupi oleh es, sedangkan tempat yang jauh dari kutub terjadi hujan lebat bertahun-tahun. Permukaan air bahari menjadi turun dengan disertai naiknya daratan di banyak sekali tempat alasannya ialah adanya pergeseran bumi dan kegiatan gunung-gunung berapi memperluas lautan, maka muncullah Sunda Plat dan Sahul Plat di Indonesia.
Zaman Interglasial adalah zaman mencairnya lapisan es dikutub utara. Pada zaman ini ditandai dengan naiknya temperatur sehingga lapisan es di kutub utara mencair, hal ini menimbulkan permukaan air bahari naik dan terjadi banjir besar-besaran di banyak sekali tempat yang menimbulkan banyak daratan terpisah-pisah oleh lautan dan selat.
Alat-alat dari watu yang dipakai pada zaman watu bau tanah masih sangat bergairah alasannya ialah teknik pembuatannya masih sangat sederhana. Alat-alat dari watu tersebut dibentuk dengan membenturkan antara watu yang satu dengan watu yang lainnya.
Berdasarkan inovasi alat-alat paleolitikum sanggup disimpulkan bahwa insan pendukung zaman watu bau tanah hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka hidup berpindah-pindah atau nomaden. Alat-alat pada zaman paleolitikum pertama kali ditemukan pada tahun 1935 di Jawa oleh Von Koenigswald dan M.W.F. Tweedie.
Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan zaman watu bau tanah di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
#1 Kebudayaan Pacitan
Ciri utama kebudayaan Pacitan yaitu alat-alat dari watu yang berfungsi sebagai kapak dan mempunyai bentuk tidak bertangkai atau kapak genggam. Alat-alat yang berasal dari kebudayaan Pacitan berhasil ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1935 di Sungai Baksoko, desa Punung, Pacitan, Jawa Timur. Alat-alat ini berupa kapak genggam, yaitu kapak yang tidak mempunyai tangkai yang dipakai dengan cara menggenggam, kapak perimbas (chooper), pahat genggam, kapak penetak, dan yang paling banyak ditemukan berupa alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake).
Alat-alat watu itu berasal dari lapisan pleistosen tengah (lapisan dan fauna Trinil). Alat dari Pacitan ditemukan pada lapisan yang sama dengan Pithecanthropus erectus, yaitu pada zaman pleistosen tengah (lapisan dan fauna Trinil).
Alat serpih ini dipakai untuk menguliti hewan buruan, mengiris daging, dan memotong ubi-ubian (seperti pisau pada masa sekarang). Alat serpih ini banyak ditemukan di Jawa, Sulawesi Selatan, Timor, dan Sumatera Selatan.
Adapun kapak genggam selain ditemukan di Pacitan, juga ditemukan di Ciamis dan Sukabumi (Jawa Barat), Parigi dan Gombong (Jawa Tengah), Awangbangkal (Kalimantan Selatan), Bengkulu dan Lahat (Sumatra Selatan), dan Cabbenge (Sulawesi Selatan), Flores, dan Timor. Hal tersebut menerangkan bahwa proses migrasi insan purba memang menyebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia.
Berdasarkan inovasi yang telah ada maka sanggup disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan Pacitan ialah Pithecanthropus erectus, dengan alasan sebagai berikut.
- Alat-alat dari Pacitan ditemukan pada lapisan yang sama dengan Pithecanthropus erectus, yaitu pada pleistosen tengah (lapisan dan fauna Trinil).
- Di Chou-Kou-Tien, Cina ditemukan sejumlah fosil sejenis Pithecanthropus erectus yaitu Sinanthropus pekinensis, dan juga ditemukan alat-alat watu yang serupa dengan alat-alat watu dari Pacitan.
#2 Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Ngandong berkembang di tempat Ngandong dan di Sidorejo bersahabat Ngawi, Jawa Timur. Alat-alat yang ditemukan di tempat Ngandong, Jawa Timur berupa kapak genggam dari watu dan alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake).
Pada kebudayaan Ngandong juga ditemukan alat-alat yang berbahan dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang tersebut alat penusuk (belati), ujung tombak dengan gerjgaji pada kedua sisinya, alat pengorek umbi dan keladi, tanduk menjangan yang diruncingkan serta duri ikan pari yang dipakai sebagai mata tombak.
Alat-alat kebudayaan Ngandong ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1941. Alat-alat dari tulang dan tanduk ini diteruskan pada zaman megalitikum dalam kehidupan di gua-gua, khususnya di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo.
Pendukung kebudayaan Ngandong, yaitu Homo soloensis dan Homo wajakensis dengan alasan sebagai berikut.
- Di Ngadirejo, Sambungmacan (Sragen) ditemukan kapak genggam bersama tulang-tulang hewan dan atap tengkorak Homo Soloensis.
- Alat-alat dari Ngandong berasal dari lapisan yang sama dengan Homo wajakensis, yaitu pleistosen atas.
Demikian artikel perihal hasil budaya pada zaman watu bau tanah (Paleolitikum atau paleolitik) ini, agar artikel ini sanggup bermanfaat dan menambah wawasan anda.
Belum ada Komentar untuk "✔ Hasil Budaya Zaman Watu Renta (Paleolitikum Atau Paleolitik)"
Posting Komentar