✔ Kehidupan Insan Praaksara Masa Berburu Dan Meramu Hingga Bercocok Tanam
Tahukah anda bagaimana masyarakat praaksara mempertahankan hidupnya? Berdasarkan hasil penelitian berupa fosil dan artefak diperkirakan insan praaksara awalnya hidup dengan cara berburu dan meramu kemudian bercocok tanam.
Hidup mereka bergantung pada alam, untuk mempertahankan hidupnya mereka menerapkan contoh hunian nomaden atau berpindah-pindah bergantung dari materi kuliner yang ada.
Kehidupan berburu dan meramu dibagi menjadi tingkat awal dan tingkat lanjut, untuk mengetahui kehidupan masyarakat praaksara silahkan simak klarifikasi berikut ini.
Di dinding-dinding Gua Leang Pattae, Sulawesi Selatan ditemukan lukisan cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah. Menurut para andal hal tersebut mungkin mengandung arti kekuatan atau simbol kekuatan pelindung untuk mencegah roh-roh jahat. Ada beberapa gambar jari yang tidak lengkap. Gambar tersebut dianggap sebagai tanda adat berkabung
Eratnya relasi antarmanusia di dalam kelompok masyarakat merupakan cermin bahwa insan tidak sanggup hidup sendiri tanpa anggota masyarakat lain.
Hidup mereka bergantung pada alam, untuk mempertahankan hidupnya mereka menerapkan contoh hunian nomaden atau berpindah-pindah bergantung dari materi kuliner yang ada.
Kehidupan berburu dan meramu dibagi menjadi tingkat awal dan tingkat lanjut, untuk mengetahui kehidupan masyarakat praaksara silahkan simak klarifikasi berikut ini.
1. Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Meramu)
Dalam kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan kuliner (meramu) dibagi menjadi berikut.
#1. Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Awal
Pada masa berburu dan meramu, lingkungan hidup insan masih liar dan keadaan bumi masih labil. Pada ketika itu banyak terjadi letusan gunung berapi dan daratan tertutup hutan yang lebat, serta banyak sekali binatang purba masih hidup di dalamnya.
Manusia pendukung pada masa itu yakni Pithecanthropus erectus dan Homo wajakensis. Kegiatan berburu dan mengumpulkan kuliner (meramu) telah ada sejak insan muncul di permukaan bumi, begitu pula halnya dengan insan Indonesia.
Kegiatan berburu dan meramu ini merupakan yang paling sederhana yang bisa dilakukan manusia, sebab insan sanggup mengambil kuliner secara pribadi dari alam dengan cara mengumpulkan kuliner (food gathering).
Kehidupan masyarakat berburu dan berpindah-pindah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
- Belum mengenal bercocok tanam.
- Kebutuhan makan mereka bergantung pada alam sehingga cara mereka mencari kuliner disebut dengan nama food gathering (mengumpulkan makanan) dan berburu.
- Alat-alat kebutuhan mereka dibentuk dari kerikil yang belum dihaluskan (masih sangat kasar).
- Manusia purba hidup berkelompok dan tempat tinggal mereka berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain (nomaden) seiring dengan perjuangan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ada dua hal yang mengakibatkan masyarakat berburu berpindah tempat, yaitu pertama sebab binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diami dan kedua sebab animo kemarau mengakibatkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik.
#2. Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Lanjut
Masa berburu dan meramu tingkat lanjut berlangsung sesudah zaman pleistosen. Corak kehidupan masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut masih terpengaruh pada masa sebelumnya. Kehidupan mereka masih bergantung pada alam. Mereka hidup dengan cara berburu binatang di dalam hutan, menangkap ikan, dan dengan mengumpulkan kuliner menyerupai umbi-umbian, buah-buahan, daun-daunan, dan biji-bijian.
Alat-alat kehidupan yang digunakan pada berburu dan meramu tingkat lanjut, contohnya kapak genggam, flake, dan alat-alat dari tulang. Pada masa itu juga telah dikenal gerabah yang berfungsi sebagai wadah.
Pola bermukim mereka mulai berubah dari nomaden menjadi semisedenter. Ketika masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut telah bisa mengumpulkan kuliner dalam jumlah yang cukup banyak, mereka mulai lebih usang mendiami suatu tempat.
Kemudian pengetahuan mereka berkembang untuk menyimpan dan mengawetkan makanan. Daging binatang buruan diawetkan dengan cara dijemur sesudah terlebih dahulu diberi ramuan. Mereka bertempat tinggal di gua-gua (abris sous roche). Mereka menentukan gua yang letaknya cukup tinggi di lereng-lereng bukit untuk melindungi diri dari iklim dan binatang buas.
Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut juga telah mengenal pembagian kerja. Kegiatan berburu banyak dilakukan oleh kaum laki-laki. Kaum perempuan yang tidak banyak terlibat dalam kegiatan perburuan, lebih banyak di sekitar gua-gua tempat tinggal mereka.
Karena perhatian perempuan ditunjukan kepada lingkungan yang terbatas, maka ia bisa memperluas pengetahuannya ihwal seluk-beluk tumbuh-tumbuhan yang sanggup dibudidayakan. Pada tingkat lanjut ini telah mengenal bercocok tanam meskipun dalam taraf yang sangat sederhana dan dilakukan secara berpindah-pindah.
Mereka membuka lahan dengan cara menebang hutan, membakar, dan membersihkannya. Setelah tidak subur lagi, tanah tersebut mereka tinggal untuk mencari lahan yang baru.
Pada masyarakat berburu dan meramu diduga telah muncul kepercayaan. Buktinya yakni dengan ditemukannya bukti-bukti ihwal penguburan yang ditemukan di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur;Gua Sodong, Besuki, Jawa Timur; dan Bukit Kerang, Aceh Tamiang, Nangroe Aceh Darussalam.
Dari mayat-mayat yang dikuburkan tersebut ada yang ditaburi dengan cat merah. Diperkirakan cat tersebut bekerjasama dengan upacara penguburan yang maksudnya yakni untuk mengambarkan kehidupan gres di alam baka.
Di Pulau Seram dan Papua juga ditemukan lukisan gua. Di dua tempat tersebut ditemukan lukisan kadal. Diperkirakan lukisan tersebut mengandung arti lambang kekuatan magis, yaitu sebagai penjelmaan roh nenek moyang atau kepala suku yang sangat dihormati.
2. Kehidupan Masyarakat Bercocok Tanam dan Hidup Menetap
#1. Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Masa bercocok tanam merupakan masa yang penting bagi berkembangan masyarakat dan peradaban. Adanya inovasi gres dalam rangka penguasaan sumber alam bertambah cepat. Berbagai macam flora dan binatang mulai dipelihara dan dijinakkan.
Cara bercocok tanam dengan berhuma mulai dikembangkan, sehingga muncullah ladang-ladang pertanian yang sederhana. Berhuma yakni bercocok tanam secara berpindah-pindah dengan cara menebang, membakar, serta membersihkan hutan kemudian menamainya dan meninggalkannya sesudah tanah tersebut tidak subur lagi.
Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan cukup pesat. Masyarakat praaksara pada ketika itu telah mempunyai tempat tinggal yang tetap. Mereka menentukan tempat tinggal pada suatu tempat tertentu. Hal ini dimaksudkan biar relasi antarmanusia di dalam kelompok masyarakat semakin erat.
Eratnya relasi antarmanusia di dalam kelompok masyarakat merupakan cermin bahwa insan tidak sanggup hidup sendiri tanpa anggota masyarakat lain.
Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pada masa bercocok tanam ini terlihat dengan terang melalui cara bekerja dengan bergotong royong. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat selalu dilakukan dengan cara bergotong royong, diantaranya pekerjaan bertani, merambah hutan, berburu, membangun rumah, dan lain-lain.
Cara hidup bergotong royong itu merupakan salah satu ciri kehidupan masyarakat yang bersifat agraris. Kegiatan bahu-membahu hingga ketika ini masih tetap dipertahankan terutama di kawasan pedesaan.
Dalam kehidupan masyarakat bercocok tanam sudah terlihat tugas pemimpin (primus inter pares). Gelar primus inter pares di Indonesia yakni ratu atau datu(k) artinya orang terhormat dan yang patut dihormati sebab kepemimpinannya, kecakapannya, kesetiaannya, pengalamannya, dan lain-lain.
Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam dan menetap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
- Sudah mengenal bercocok tanam secara baik.
- Sudah bisa mengolah materi kuliner sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka (menghasilkan kuliner atau food pruducing). Disamping berburu dan menangkap ikan, mereka juga telah memelihara binatang-binatang jinak menyerupai anjing, babai, dan kerbau. Binatang-binatang tersebut selain untuk keperluan konsumsi juga sanggup digunakan sebagai binatang korban.
- Sudah mempunyai tempat tinggal yang menetap secara mantap.
- Peralatan yang dibentuk dari kerikil lebih halus dam bermacam-macam, menyerupai kapak, tombak, panah, dan lain-lain. Selain peralatan, mereka juga berhasil menciptakan pelengkap dari gelang-gelang dan biji-biji kalung dari batu.
- Peradaban mereka sudah lebih maju, alat-alat rumah tangga dibentuk lebih baik dan mereka telah mengerti seni.
#2. Kehidupan Budaya
Kebudayaan insan praaksara pada masa bercocok tanam mengalami perkembangan dengan hasil kebudayaan yang bervariasi (ada yang terbuat dari kerikil dan tuang hingga yang terbuat dari tanah liat). Hasil-hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam menyerupai kapak persegi, kapak lonjong, mata panah, gerabah, dan perhiasan.
#3. Kehidupan Kepercayaan
Bagaimana kepercayaan masyarakat pada masa bercocok tanam? Kepercayaan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami perkembangan. Mereka telah mempunyai konsep ihwal alam dan kehidupan sesudah kematian.
Mereka percaya bahwa roh seseorang tidak lenyap pada waktu meninggal. Penghormatan terhadap nenek moyang atau kepala suku yang diagungkan tidak berhenti pada waktu kepala suku telah meninggal. Penghormatan terus berlanjut menjadi sebuah pemujaan.
Kepercayaan masyarakat pada masa bercocok tanam diwujudkan dalam banyak sekali upacara keagamaan, menyerupai persembahan kepala leluhur dan upacara penguburan mayit yang dibekali dengan benda miliknya.
Mereka percaya bahwa roh nenek moyang selalu mengawasi mereka. Oleh sebab itu, mereka selalu meminta pinjaman dari bahaya kelompok lain, binatang buas, dan bahaya dari adanya wabah penyakit.
Sistem kepercayaan masyarakat praaksara tersebut telah mendorong berkembangannya kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan animisme merupakan sebuah sistem kepercayaan yang memuja roh nenek moyang, sedangkan berdasarkan kepercayaan dinamisme ada benda-benda tertentu yang diyakini mempunyai kekuatan gaib, sehingga benda tersebut sangat dihormati dan dikeramatkan.
Demikian artikel ihwal kehidupan insan pada masa praaksara masa berburu dan meramu hingga bercocok tanam ini, semoga artikel ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan anda.
Belum ada Komentar untuk "✔ Kehidupan Insan Praaksara Masa Berburu Dan Meramu Hingga Bercocok Tanam"
Posting Komentar